Sunday, October 15, 2006

Belajar Bikin Cerpen

Waktu yang ada dari pada kebuang jadi sia² ku coba untuk mengisi sesuatu dengan belajar, tapi belajar aja bikin pikiran juga suntuk.
sesekali aku berangan-angan dan ada rasa ingin menulis anganku itu jadi sebuah cerita. Tapi apa yang udah tertulis adalah fiksi semata prends.
ini adalah tulisan cerpenku yg pertama yg aku berani posting... so semua masukan selalu welcome, selain di sini, aku juga posting cerpen ini di http://chrismars.blogs.friendster.com/chrismars/ sebelumnya thx bangets yaks prends n met menikmati tulisan ini.



JIKA CINTA MENYAPA PERSAHABATAN

Rasa panas seketika terasa di wajahku ketika kau dengan ke dua matamu menatapku tajam dengan jarak yang hanya semili, aku tak bisa berpaling karena aku juga ingin menikmatinya, menikmati harum nafasmu meskipun aku takut kalau bibirmu mulai menyentuh bibirku.
Angin semilir terbangkan poniku ke wajahmu dan kaupun tertawa kecil, lembut kau sibak dan kau belai rambutku, lagi-lagi aku hanya terdiam, aku hanya mampu menikmati semua yang kamu lakuin tanpa berusaha mengahalaunya.


Begitu lemahkah aku?? tanya itu sempat hadir di hatiku lalu kemudian aku tepis sendiri, aku tidak lemah tapi aku mencintaimu, mencintaimu sayang karena kau adalah wujud yang hadir di setiap mimpi malamku, tapi ketakutan-ketakutan membuatku membiarkan engkau tak pernah mengetahui apa yang aku rasakan untukmu.


"Dorrrrrrr.. ngelamun lagi deh, kebiasaan buruk"
Sambil menyimpan malu aku katakan "sok tau aja kamu"
"khan kamu memang lagi ngelamun... udah gak usah ngelak deh, ngaca non tuh pipi kamu udah merah kayak tomat"


Kaupun berdiri dan melangkah kecil menjauh dariku yang memandangimu lalu kau menarik nafas panjang, "non, apa sich yang kamu pikirkan?"
"yang aku pikirkan ei??"
"iya yang km pikirkan, kok ganti nanyak sich?"
"ehmmm... apa ya??? aku sendiri juga gak tau sedang mikirin apa ei"jawabku kalem.


Sejenak diam mengitari kita. aku tak tahu harus berkata apa ke kamu, hari ini begitu lain untukku entah kenapa tak seperti biasanya kita berbagi tawa.


Lembayung senja mulai turun menambah romantis tempat di mana kita bersama menjejakkan kaki, perlahan aku merasa sentuhan halus di pundakku "non, apa kau memikirkan hal yang sama seperti yang aku pikirkan?"
"gak tahu ei, pikiranku gak jelas"
"kok bisa gak jelas sich non?" tanyamu dengan mimik heran.
"ei, cerita donk apa yang sedang kamu pikirkan""
"non, apa mungkin kita bisa bersama?"


Blurrrrr.... seperti geledek kecil menyambarku, akhirnya kau mulai juga pembicaraan ini ei, pembicaraan yang aku takuti kataku dalam hati.
Ku hela nafas panjang banget sebelum akhirnya aku membuka mulutku untuk mengatakan sesuatu pada ei.

"ei, apakah kita bisa jujur pada hati kita apa yang terjadi pada perasaan kita?" ternyata sebuah tanya yang terlontar dari mulutku, dan ujung mataku menangkap perubahan wajah ei.

"bisa non, kita bisa jujur pada hati kita, karena aku tak bisa lagi berlaku seperti memperlakukan kamu hanya sebatas sahabatku"
"hah??? ei, cubit aku ei, aku tidak percaya tentang apa yang barusan kamu katakan"
"ugh dasar km gila non" "hahaha.. ei kamu salah makan ya?" seketika tawaku meledak.
"non, aku serius"
"iya iya aku juga bisa lihat wajahmu yang serius itu, tapi jangan sewot donk"
"gimana gak sewot non, aku serius malah kamu anggap lucu pakek acara tertawa segala"


"maaf deh, habisnya aku gak terbiasa ngomong serius dengan kamu, ei yang aku kenal tuch selalu tertawa dan suka melucu sampai-sampai aku gak tau kapan kamu bisa serius" kataku membela diri.

Hari berubah menjadi gelap, ei masih terdiam setelah aku mengakhiri kalimatku, aku hanya berharap dia masih mau melanjutkan perkataannya yang terganggu oleh tawaku tadi. 3 menit sudah berlalu dan ei masih terdiam, aku gak berani memulai biar saja aku menunggu ei yang memulainya.


Setelah 5 menit berlalu ei mulai membuka pembicaraan kembali

"emmm... ternyata diam memang obat paling ampuh kali ya buat nyusun kata-kata" gumamku dalam hati.
"non, janji ya kalo kamu juga harus jujur setelah aku selesai bicara nanti"
"itu satu permintaan ya ei?"
"iya non, itu satu permintaan yang aku minta padamu"
"ok, deal" jawabku singkat


"non, ada rasa lain tumbuh di hatiku untukmu selain rasa sayangku padamu sebagai seorang sahabat"

"maaf non, aku tak bisa lagi menyimpan rasaku lebih lama, karena aku tak bisa seperti ini terus, jika aku ada di dekatmu, aku gak hanya ingin sekedar berbagi tawa dan cerita, tapi aku ingin lebih, aku ingin bisa mendekapmu, menciumimu sebagai kekasihku".


Bibirku terkatup rapat seperti terkunci, pikiranku melayang entah kemana, rasa gak percaya masih mendominasi perasaanku, gak pernah aku sangka kalu ei mempunyai perasaan yang sama denganku, dan sikapnya saat ini benar-benar lain, dia terlihat begitu tenang meskipun di awal ucapannya ei sedikit gugup, eiku yang selalu hadirkan tawa kini terlihat dewasa sehingga aku merasa semakin nyaman di dekatnya.

"non kok diam?" tanyanya sambil mendekat kemudian duduk di sebelahku.
"ei, aku terdiam karena katamu"
"kataku non? apa ada yang salah dengan kataku?"


Dari nada tanyamu ku tau kau mulai cemas ei, perlahan ku palingkan wajahku ke arah wajahmu hingga wajah kita saling berhadapan dengan jarak semili seperti tadi.


"ei, aku juga memiliki rasa yang sama sepertimu hanya saja aku takut kalau rasaku ini merusak persahabatan kita" kataku tertunduk karena aku tak sanggup melawan tajam tatapnya.


"non, aku mengerti, sebelum ini aku juga memikirkan resikonya dan aku memutuskan apapun yang terjadi aku harus ungkapkan perasaanku padamu, aku senang kamu juga memiliki rasa yang sama sepertiku, sekarang yang jadi pertanyaan apakah kamu mau jadi pacarku?"
Aku tersenyum dan mengangkat wajahku. dengan tatap lembut ku anggukkan kepalaku menjawab tanyamu, kaupun tersenyum. kini tak ada lagi jarak semili antara wajah kita, aku merasai sentuhan lembut bibirmu di keningku.


"sayang, terimah kasih untuk saat yang indah ini"
"apa ei sayang?" aku tertawa geli waktu ei memanggilku sayang.
"iya sayang, apa aku gak boleh memanggilmu sayang?"
"ya bolehlah, aku malah suka banget, hanya saja aku merasa aneh kalau kamu memanggilku sayang"

"ya sudah kalau merasa aneh aku panggil non aja seperti biasanya"
"jangan ei jangan, panggil aku sayang aja, aku suka kok, cuman aku harus membiasakan diri aja di panggil sayang sama kamu" Aduh melas banget pakai acara merajuk segala.


Aku lihat kau mulai tertawa ei dengan rajukanku tapi gak apalah toh aku suka banget lihat caramu tertawa.


"aduh say, kamu ini aneh" kata ei pendek sambil mengacak rambutku. "tapi aku suka kok lihat kamu merajuk gitu, jadi kelihatan banget manjanya" lanjutnya.


Aku hanya tersenyum, senyum bahagia karena akhirnya aku dan ei menjadi sepasang kekasih. mulai detik ini kita bukan sekedar sahabat ei, ada ruang di mana hanya ada kau dan aku, kita ya hanya ada kita.


-THE END-